Skip to main content

Berkah Cinta Guru Honorer

 #2 Berkah Cinta Guru Honorer




 

Sore itu sehabis sholat ashar berjamaah aku sengaja belum meninggalkan ruang utama mesjid karena ingin berbincang dengan beberapa teman dari jamaah mesjid Al Anshor Karawaci Tangerang.

Di tengah-tengah kami sedang asyik berbincang masuklah rombongan anak-anak kecil murid TPA Al Anshor ke dalam mesjid seketika ruangan ramai oleh suara anak-anak TPA tersebut. Ku lihat sekilas ada 2 orang ustadzah muda yang sedang mengatur anak-anak agar bisa berbaris dengan rapih dan teratur.

"Anak sholeh soleha" kata salah satu dari ustadzah muda.

"Siap!" jawab anak" serempak.

"Ayo sekarang kalian baris yang rapi dulu ya dan jangan ada yang bersuara. Kita akan praktik sholat ashar berjamaah." kata ustadzah berkerudung merah yang hitam manis berhidung mancung berperawakan mungil dan langsing.

Aku pun sekilas melihat dirinya dan melemparkan senyum sekedarnya. Dan diapun membalas  dengan senyum manisnya. Deg...deg...ser... tiba-tiba ada suatu perasaan yang menggebu di dalam hati ini. Tapi aku tetap berusaha cool (padahal di dalam hati sudah mulai ada rasa kagum).

            Beberapa saat di tengah-tengah obrolan kami, sesekali aku curi-curi pandang ke ustadzah muda yang sedang mengawasi anak-anak praktik sholat itu. Entah perasaan ku saja atau memang dia juga melayangkan pandangannya kea rah ku dan melemparkan senyumannya yang manis itu (waduh jadi teringat nostalgia waktu bertemu saat pandangan pertama nih. Hehehe…). Oh iya sebetulnya aku dulu adalah seorang yang introvert agak tertutup tidak mudah bersosialisasi jadi untuk bisa melakukan pertemanan harus loading agak lama dulu (seperti komputer zaman jebod aja ya pake lola alias loading lama. Hehehe…). Iya memang watak asli pembawaan dari lahirnya seperti itu jadi tidak akan memulai obrolan jika tidak ditanya atau disapa terlebih dahulu. Lebih banyak mendengarkan obrolan orang lain daripada berbicara sekedar untuk berkomentar apalagi berkata-kata panjang lebar (bukan tipe aku itu). Teman ku tidak terlalu banyak saat itu mungkin bisa dihitung dengan jari, ya karena sifat ku yang tertutup dan memilih teman yang kira-kira cocok dan nyaman dengan ku.

            Oh iya aku dan ayang embeb moment pertama kali kita bertemu di tahun 2002. Umur ku saat itu 23 tahun dan dia 22 (kata Bang Haji Rhoma darah muda) ya kita masih semangat dan menggebu-gebu untuk menggapai cita-cita dan mimpi-mimpi di masa depan. Aku masih menjadi guru honorer Bahasa Inggris di SDN Karawaci 20 di Tangerang waktu itu dan bergaji Rp 75.000,- dari hasil mengajar Bahasa Inggris di sekolah tersebut. Sedangkan my honey bunny sweety pumpkin waktu itu berprofesi sebagai guru mengaji di TPA Al Anshor dan menjadi freelancer sebagai penjaga rental komputer. Sebelumnya dia pernah bekerja di pabrik sepatu selama setahun setelah itu dirumahkan karena pabriknya pailit.

 

            Tuhan memang punya cara yang misterius dan unik untuk memilihkan jodoh untuk kita. Ada yang sudah berusaha mencari jodoh kemana-mana ke beberapa tempat yang jauh, eh katemu jodoh pasangan hidupnya ya tetangga dekatnya. Ada yang sudah berpacaran lama bertahun-tahun dengan teman dekat, eh ternyata ditinggal kawin dan mendapatkan jodoh teman dekat kita sendiri (aduh sakit ga sih ditelikung sama teman sendiri. Sakitnya tuh di sini di dalam hati ku… sambil nyanyi). Nah kalau kisah cinta ku ya tidak terlalu seru-seru amat sih seperti drama korea atau sinetron Ikatan Cinta yang lagi digandrungi sama emak-emak dan gadis-gadis abg sekarang ini. Diawali dengan pertemuan dan pandangan pertama, saling memandang, saling lempar senyum dan berlanjut saling tukar nomor telepon, jalan bareng ke rumah saudara, teman, ke taman atau bioskop, rutinitas akhir pekan Sabtu malam berkunjung ke rumah camer (calon mertua) dengan membawa buah tangan (pencitraan kalau zaman sekarang) supaya calon mertua merestui hubungan dan memberikan kesan yang baik dan bisa melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan nantinya. Tapi ga sampe diajak main catur sih sama calon bapak mertua, mungkin karena tahu calon mantunya ini kalem pendiem banget (diam-diam mengahanyutkan uhuy…).

Biasanya kalau aku menyambangi rumah calon mertua itu setelah sholat maghrib. Di dekat rumahnya ada masjid Nurul Ikhlas tempat aku sholat berjamaah sebelum apel ke rumah si doi. Setelah sholat maghrib barulah aku ke rumahnya dan si dia sudah menunggu di teras rumah sambil menggosok dan mendengarkan musik merdu tentang cinta dari radio tape yang dinyalakannya.. Jadi katanya kalau ditemanin ngobrol sambil mendengarkan music menyetrikanya itu tidak terasa. Tumpukan baju yang menggunung  itu bisa diselesaikan dalam waktu 3 jam disambi kita ngobrol ngalor ngidul tentang apa saja dan masa depan kita.

Singkat cerita, hubungan saya dan dia semakin dekat dan kita berencana akan melanjutkan hubungan ini ke pernikahan tapi ada sedikit masalah yang mengganjal. Calon ibu mertua sudah setuju dengan aku dan memberikan izin kalau aku nanti melamar anaknya untuk dipersunting menjadi istri tapi calon bapak mertua masih ragu karena penghasilan ku yang masih jauh dari standar layak untuk menafkahi anaknya. Pernah suatu saat soul mate ku cerita kalau dia ditanya papanya.

“Fit kamu serius sama si Urip?”

“Iya Pa.” kata dia.

“Emang dia gajinya berapa?” kata papanya.

“75 ribu Pa” jawabnya agak sedikit pelan.

“Hah 75 ribu? Kamu yakin sama dia? Gajinya kan cuma 75 ribu sebulan. Terus kamu mau dikasih makan apa? Emang cukup gaji segitu untuk biaya hidup sebulan?” kata papanya mencecar dengan bertubi-tubi.

“Ya semoga aja cukup Pa. Kan nanti setelah menikah dia bisa mencari kerja sampingan siapa tahu Allah kasih rezeki yang lebih untuk kita setelah menikah Pa.” kata sayang ku meyakinkan papanya.

“Ah kamu sok tau. Papa tuh sudah berpengalaman sudah menikah duluan. Kalau kamu kan cuma modal keyakinan dan cinta doang. Emang bisa hidup kalau cuma makan cinta doang? Kalau ga punya uang terus lapar gimana? Kalau ga punya uang terus sakit gimana? Kalau kamu hamil mau periksa kehamilan terus mau lahiran bagaimana? Kamu sudah berpikir sampai ke situ belum?” kata papanya dengan nada agak kesal.

“Udah ah Pa. Fitrie ngantuk mau tidur dulu.” kata belahan jiwaku.

Singkat cerita akhirnya kekasih ku berhasil meyakinkan papanya kalau aku adalah jodoh pilihan terbaik untuk hidup dan masa depannya (berhasil, berhasil horeee…). Niat keseriusan ku untuk melanjutkan hubungan aku dan kekasih ku ke jenjang pernikahan dinyatakan dengan kedatangan keluarga ku yang diwakili oleh bapak, ibu dan aku untuk membicarakan hari, tanggal pernikahan, mas kawin dan lain-lainnya. Semuanya pun telah disepakati dan ditetapkan. Tempat resepsi, jumlah orang yang akan diundang, panitia, seragam panitia, hari dan tanggal akad nikah dan resepsi, seserahan dan mas kawin.

Hari Sabtu 6 Maret 2004 adalah momen yang sangat spesial untuk ku. Masjid Islamic Center Karawaci menjadi saksi bisu ketika aku mengikat janji suci dengan sang belahan jiwa untuk melindungi, membimbing, memanjakan, memberi nafkah lahir batin, serta menggaulinya secara baik. Rasa haru biru menyeruak dari relung kalbu ku memanjatkan rasa syukur yang tak terperi kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas izin dan ridho-Nya aku dan permata hati ku menjadi pasangan halal dan kemudian kami arungi samudera kehidupan yang sebenarnya, menaiki bahtera rumah tangga dengan aku sebagai nahkodanya dan istriku sebagai mualimnya untuk melalui segala dinamika dan romantikanya.

Setelah menikah hari demi hari kami jalani dengan penuh cinta dan kasih sayang (maklum masih pengantin baru gitu loh…) panggilan sayang neng dan aa menghiasi kehidupan awal-awal tahun pertama rumah tangga kami (cie…cie…so sweet…). Setiap pasangan suami istri pastilah mendambakan buah hati untuk meneruskan generasi dan sebagai penyejuk hati.

“A, neng udah telat nih. Kayaknya sih lagi isi nih tapi ga tau deh. Beliin alat tes kehamilan dong.” kata istri ku.

“Ah yang bener Neng? Wah semoga aja ya beneran Neng. Nanti Aa beliin test pack deh di apotek.” kata ku dengan riang.

Sore hari setelah menyelesaikan semua tugas di sekolah aku membeli test pack di apotek dekat rumah.

“Neng ini test packnya ayo dites semoga positif ya hasilnya.” Kata ku dengan penuh semangat.

“Iya A makasih. Aamiin…semoga ya A.” kata istriku yang hitam manis.

Sejurus kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk menguji tes kehamilan menggunakan alat test pack.

“Gimana hasilnya Neng?” tanya ku penuh penasaran.

“Alhamdulillah A positif.” Jawabnya dengan senyum paling manis yang pernah ku lihat.

“Yeay! Alhamdulillah, kita akan jadi ummi dan abi ya Neng” kata ku dengan luapan kegembiraan.

Ku peluk istri tercinta dengan erat-erat rasanya tak mau ku lepaskan.

“Aa udah ah meluknya. Neng sesak nih.” kata si hitam manis.

“Oh iya maaf. Aa seneng banget soalnya Neng.” Kata ku sambil senyum tersipu malu.

Tak terasa usia kehamilan istri ku sudah mendekati hari perkiraan lahiran tinggal menghitung hari. Tak sabar rasanya melihat bayi mungil yang lucu yang akan menjadi penyejuk hati dan penerus generasi keluarga. Bentuk tubuh istriku saat ini sudah sangat beda dari awal kita bertemu dulu ketika dia masih imut dan langsing. Sekarang tubuhnya semakin melebar dan perutnya semakin membuncit ke depan karena mengandung jabang bayi dari hasil benih cinta kita berdua.

Sabtu 5 November 2005 pukul 12.15 ketika terdengar lantunan merdu suara adzan zuhur lahirlah seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik dengan proses persalinan secara vacuum di rumah sakit persahabatan. Ku dengar dari luar kamar persalinan suara tangisan bayi yang melengking. Oh Tuhan semoga semuanya Engkau mudahkan sehatkanlah istriku dan bayi kami. Kemudian seorang suster memanggil ku.

“Keluarga Ibu Fitrie Anggraeni!” teriak bidan.

“Iya Bu” kata ku.

“Bapak suaminya?” tanya bidan itu.

“Iya Bu saya suaminya”

“Selamat ya Pak bayinya sudah lahir. Jenis kelaminnya perempuan dan semuanya normal. Istri Bapak masih tidur. Kalau mau mengadzankan bayinya silahkan Pak” kata Bu bidan.

“Alhamdulillah. Baik terima kasih Bu.” kata ku dengan penuh rasa syukur dan bahagia.  

Fathya Faiza Hidayati yang berarti air mengalir yang membawa kemenangan dan petunjuk. Itulah nama yang kami berikan untuk putri sulung kami dengan harapan nanti kelak jika sudah dewasa dia akan menjadi seorang yang pandai bergaul dan tidak sombong seperti sifat air yang menyesuaikan wadah dan mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, sukses dalam hidupnya dengan mendapatkan kemenangan-kemenangan dalam prestasi dan bisa memberikan manfaat kepada orang-orang disekitarnya dengan memberikan petunjuk atau ilmu yang dimilikinya. Bayi mungil itu kini telah menjadi seorang putri yang cantik dan anggun dan berusia 17 tahun.

Moment lain yang menjadi kenangan tak terlupakan dalam kehidupan rumah tangga kami adalah saat Allah memanggil kami untuk menjadi tamu-Nya berkunjung ke rumahnya yang mulia dan agung melaksanakan haji kecil ke Baitullah Ka’bah di Makkah Al Mukaramah di tahun 2015. Alhamdulillah atas kasih sayang-Nya aku dapat melaksanakan ibadah umroh dengan gratis karena ada wali murid les privat yang bernama Bu Iim dan Pak Nick yang dengan kemurahan hatinya menanggung semua biaya perjalanan umroh ku karena telah bernadzar jika anaknya lulus dari SMP Labschool Rawamangun dengan menjadi lulusan terbaik dan diterima di SMAN 8 akan memberangkatkan saya umroh dan qadarallah hal itu terjadi. Maka ditunaikanlah nadzar yang waktu itu telah diucapkan oleh Bu Iim.

Dan yang terakhir adalah momen yang sangat berat harus kami hadapi yaitu saat Allah mengambil kembali malaikat kecil kami yang dititipkan-Nya Ahmad Fathan Hidayat karena penyakit hidrosefalus yang dideritanya saat berusia 3 bulan. Seperti disambar petir siang bolong saat aku diberitahu dokter spesialis anak bahwa malaikat kecil ku mengalami penyumbatan aliran darah ke otak sehingga kepalanya membesar dari hari ke hari. Kami pun diberitahu kalaupun nanti akan dioperasi dan berhasil maka anak kami akan buta, tuli, dan lumpuh. Ya Tuhan, berat sekali cobaan yang kali ini kami hadapi. Bagaikan memakan buah si malakama, serba salah jika tidak dioperasi kepala anak kami akan semakin membesar dan jika dioperasi anak kami akan bisu, tuli, buta, dan lumpuh. Namun Allah punya skenario yang terbaik dan Allah lah sebaik-baik pengatur, setelah kami ikhtiar diiringi dengan doa maksimal untuk melakukan tindakan operasi membuka penyumbatan cairan ke otak, Fathan anak kami harus dirawat di ICU karena gangguan pernafasan akut. Singkat cerita malaikat mungil kami sudah di ruang ICU dengan segala selang yang dimasukkan ke dalam kerongkongannya dan kabel-kabel yang menempel di dadanya serta mesin detak jantung di samping tempat tidurnya (hati serasa teriris sembilu dan ditaburi garam ketika harus mengingat kembali kejadian ini). Setelah 3 hari di kamar ICU tim dokter memutuskan untuk melakukan tes tanda vital tubuh apakah Fathan masih hidup atau sudah meninggal. Dan setelah dilakukan tes Fathan dinyatakan sudah MBO (mati batang otak), tak henti-hentinya kami menangis berderaikan air mata, rasanya hampa dan saya harus menandatangani surat persetujuan untuk mencabut selang respirator alat bantu pernafasan. Setelah menandatangi surat itu dengan penuh rasa remuk redam aku berusaha kuatkan diriku untuk mencabut selang respirator itu perlahan-lahan dari dalam tenggorokan Fathan malaikat kecil ku (inilah momen terlama yang kurasakan walau pun berlangsung hanya beberapa detik). Bu dokter disamping ku pun turut sedih menitikkan air mata. Selamat jalan Fathan malaikat kecil ku. Tunggu Ummi dan Abi ya di sana…

 

Sabtu, 23 Oktober 2021 9:42 am

Moh. Urip Hidayat

SDN Cipinang 05

085770821095

Urip.hidayat1803@gmail.com

https://ryuyunomi.blogspot.com/

https://www.kompasiana.com/uriphidayat7081


 

Comments

  1. Kisah yang mengharu biru.. Endingnya bikin pipi lumer. Semoga jadi tabungan bunga syurga yah pak. Sabarrrrrr...

    ReplyDelete
  2. Awalnya baca sambil senyum senyum...ke bagian akhir kogbkog sesek dan ada bawang Dimata. Keren Pak....

    ReplyDelete
  3. So sweet kisahnya dan terharu endingnya, yang sabar pak urip.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thx Pak Galih Setio Utomo. Aamiin smg kita semua sll diberikan kesabaran... Aamiin...

      Delete
  4. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Malaikat kecil sudah bergembira di sana. Bersyukur sudah da yang menunggu Ummi dan Abi di surga.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Surround Yourself by Fluent English Speakers

  To speak good English, surround yourself by people who speak English fluently   Let us say that your current English speaking skills aren’t great. You aren’t very confident of being able to communicate confidently and effectively in English with anyone, be it a small group or a large one. However, you are very determined to improve your spoken English skills rapidly and prove to yourself that you can do it, while making a good impression on those around you. Taking up an  English speaking course  is obviously one way to speed up the process of learning, and an important one at that. Yet, there is another critical element that can determine the rate and extent of success in your endeavour. Just as the old English adage goes, “a man is known by the company he keeps”, your success in  improving your English skills  will depend largely on the “company” you keep. If you are around people who speak in English regularly, you have a much greater chance of improving your own speaking

5 Types of teachers who transform learners of all kinds

  5 Types of teachers who transform learners of all kinds https://www.flatlandkc.org/assets/uploads/2014/09/TypecastingTeachers-optimized.pdf Teachers have a one-of-a-kind opportunity to make an impact on young learners during some of their   most important developmental years  — childhood and adolescence are highly critical to the formation of an individual. So much of a person can be determined based off their early years of life. And that is exactly why the role of a teacher is paramount. In fact, multiple types of teachers   top the charts on  surveys measuring the most meaningful careers . Teachers don't just teach; they inspire their students and guide them along the greater path of growth throughout their childhood, adolescence and into young adulthood. They can be mentors and allies. Sometimes a teacher will be the only positive role model for a student. In many cases, the influence of a teacher can last a lifetime. If you're thinking about pursuing a passionate career

Think in English

  §   Do you speak with a lot of  pauses  and  hesitations? §   Do you have  difficulty   expressing your ideas  in English? §   Do you  mentally translate  from your native language to English… but the sentences come out  incorrect  or  unnatural  when you speak? If you want to eliminate these problems and become fluent in English, the secret is… Learning how to think directly in English! Many English students say: §   “It’s too difficult! §   “I don’t know enough English words!” §   “I need to think in my native language and translate.” The problem with thinking in your native language and translating is that it results in sentences that  are not correct  in English, because the grammar and sentence structure is often different in English and your native language. Also, it  takes too much time  to think and translate when you’re in a conversation – leading to pauses, hesitations, and the inability to speak fast and fluently. Many students believe that thinking